Thursday, October 30, 2008

My Created Story (Hena>>>>>6)

BAB VI

Pagi yang cerah, matahari selalu terbit tepat pada waktunya, angin pagi yang sejuk memasuki kamar Hena yang sumpek. Lovin yang sengaja nginap disana terbangun dengan suara bising dalam gang seperti biasanya, tapi Lovin yang tidak terbiasa segera terbangun. Dilihatnya Hena terlelap dalam kelelahan. Semalam, Hena tidak putus menangis, hingga matanya yang bening dan indah ternoda dengan mata sembap. Tapi kelelapan itu tidak lagi panjang begitu HP Hena tiba-tiba berdering.
"Ya, hallo..." jawab Hena dengan mata masih tertutup.
"Hena...?" tanya suara lembut diseberang ragu-ragu.
"Ini siapa?" Hena balik bertanya dengan suara garaunya.
"Apa benar kamu... Hena?" suara lembut itu juga mengacuhkan pertanyaan Hena karena ia ingin segera memastikan kalau yang ditelponnya benar-benar Hena yang ia cari.
"Ya, saya Hena. Ini dengan siapa?" Hena mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Saya mohon, datanglah kerumah...sakit, sekarang...papa mu...ah, tolong cepatlah datang..." keluh wanita lembut itu ketakutan, lalu telpon terputus begitu saja.
Antara mimpi dan sadar, Hena belum ngeh dengan yang terjadi. Sewaktu Lovin mengguncang-guncang tubuhnya pun Hena masih tak bergeming. Dan tanpa ia sadari air hangat mengalir begitu saja dari matanya, namun Hena masih bingung dengan apa yang terjadi.
Lovin berlari kencang kedapur mengambil segelas air putih lalu diberikannya pada Hena yang makin tersedu-sedu menangis dan tidak menghiraukan sama sekali pertanyaan Lovin. "Hen?!" seru Lovin panik.
"Pa...pa..."
"Kenapa dengan dia? Ada apa?"
"Rum-ah...sakit..." Lalu Hena terkulai lemas. Dia sudah menyadari apa yang dimaksud wanita penelpon tadi. Papa sedang sekarat dirumah sakit saat ini.
Penyesalan tadi malam terkuak lagi, Belum sempat Hena minta ampun pada Papa dan kejadian ini sudah terjadi. Terus kemana penyesalan yang menyesakkan ini harus dibawanya? Kemana dia harus menguburkan penyesalan dan sekaligus dirinya itu? Hena tidak tahan lagi dengan yang dialaminya sekarang. Semua perkataan yang Lovin sering lontarkan terngiang dalam ingatannya.
'Rasa penyesalan itu adalah hal yang paling menyakitkan Hen...' Dan sekarang Hena mengerti rasanya, dia tau bagaimana sakitnya menghadapi penyesalan tersebut.

No comments: