Tuesday, November 11, 2008

Lucky Star

BAB I

Dibawah langit pekat, angin yang dingin, ditemani beberapa bintang, ada kegalauan tersendiri yang terjadi. Rumah mewah, tapi selalu dingin. Meski ada beberapa orang yang tinggal didalamnya, tapi kesepian tidak pernah pergi dari hati yang beku. Kedinginan dan selalu kesepian.
Sidney diam-diam menghapus air mata yang masih bergelantungan dipelupuk matanya. Tatapannya masih melekat pada wajah sendu yang tertunduk dihadapannya. Setelah malam ini lewat dan hari berganti pagi, mungkin keceriaan tidak akan pernah ada diwajah manis Sidney lagi. Semua kebahagiaan akan pergi bersama wajah sendu yang sama sedihnya dengan dia malam ini.
'Aku juga cinta sama kamu Mon, tapi takdir berkata lain. Aku harus pisah dengan mu sebagai bukti aku benar-benar cinta sama kamu...' batin Sidney pilu, dia nggak bisa mengungkapkan itu semua pada Hermon kekasihnya. 'mungkin aku bisa gila kalau harus pisah sama kamu, tapi apa bisa aku buat? Aku nggak bisa melawan takdir Mon...' tak terasa, tetes lagi air bening itu jatuh ke pipi.
Malam kelewat larut, sudah hampir setengah hari Hermon menunggu jawaban yang pasti. Dia tau, Sidney menutupi sesuatu. Mereka saling mencintai, keduanya pun tau betul itu. Tapi yang membingungkan, kenapa Sidney bersikeras ingin pisah?
"Sudah malam Mon, besok..."
"Nggak besok. Aku tunggu sampai jam berapa pun, sampai kau kasih tau kenapa kau mau hubungan kita putus." Tegas Hermon.
"Sori Mon, aku nggak punya alasan apa-apa lagi untuk menjelaskannya."
"Cukup katakan sejujurnya. Kau nggak usah susah payah berpikir satu kebohongan untuk aku, kau tidak bisa menutupi apa pun didepanku."
"Aku...aku nggak bisa Mon..." desah Sidney putus asa.
"Si, dengarkan aku. Kau cinta sama aku, kau juga tau aku mencintai kau. Jadi kenapa Si, kenapa kau mau pisah sama aku?!" desak Hermon sama putus asa-nya. Dia lelah, nyeri di tangannya pun terasa lagi, mungkin reaksi obat dari Dokter sudah habis, tapi ditahannya nyeri itu sampai ia mendapatkan penjelasan dari Sidney.
"Please Mon..."
"Apa cinta kita dosa?! Dulu memang kita sahabatan, tapi kita menyadari kalo kita saling membutuhkan dan akhirnya kita memutuskan untuk pacaran. Apa itu dilarang?!"
"Bukan itu, aku cuma...nggak mau..." Sidney berhenti lagi, dan Hermon semakin kesal. Setengah hari Sidney selalu menggantung ucapannya. Dan semua ucapannya selalu tidak dimengerti oleh Hermon, sebenarnya apa yang mau Sidney sampaikan, tapi nggak bisa?!
"Kutanya sekali lagi. Masih cinta nggak sama aku?"
"Kau tau jawabannya." Jawab Sidney tertunduk.
"Kalo begitu, cukup sudah bagiku. Aku anggap nggak pernah dengar kata putus dan besok ku jemput seperti biasa. Jam delapan teng!" Hermon segera bangkit berdiri tergesa-gesa dan meraih kunci mobilnya.
"Tunggu Mon. Please... jangan seperti itu,"
"Kuhitung sampai tiga, kalo kau masih belum juga bilang yang sebenarnya..."
"Aku nggak mau kamu lebih celaka lagi Mon. Sekarang baru permulaannya, tangan kau hampir patah, dan apa yang akan terjadi lagi nanti dan..."
"Itu lagi, itu lagi. Cukup Si, beribu kali kujelaskan itu semua nggak ada kaitannya dengan kamu dan ini hanya kecelakaan kecil." Tumpah tangis Sidney.
"Kecelakaan itu ada karena kamu bersama aku, kamu beriringan dengan bintang kegelapan!" tumpah juga amarahnya, bukan marah dengan keadaan atau Hermon. Tapi dirinya sendiri.
Dia marah kenapa dilahirkan kedunia dan membawa gelar bintang kegelapan sejak dilahirkan. Hidup seakan tiada arti. Ingin protes dan marah tapi kepada siapa? Mama meninggal setelah melahirkannya, Papa menyusul saat dia sedang merayakan ulang tahun nya yang ke sepuluh. Nenek yang menyayanginya pun ikut pergi bersama Papa dan Mama. Kakek? Tinggallah kakek satu-satunya keluarga yang tersisa, tapi kakek membencinya. Sangat-sangat membencinya...
"Kamu itu anak pembawa sial dan kematian. Lihat, semua yang mencintaimu mati satu persatu. Kamu itu bintang kegelapan yang turun kebumi untuk menghancurkan orang terdekatmu. Tunggu aja, bentar lagi Opa yang renta ini juga akan mati kena sial mu itu." Kutuk kakek berulang kali. Bahkan, sebelum ia berhasil dilahirkan saja, kakek sudah membencinya.
Hubungan Mama dan Papa nggak disetujui Kakek, Mama pun pergi dari rumah. Menikah dengan orang yang dicintainya dan mengandung. Suatu hari Nenek jatuh sakit, kelelahan mencari anak satu-satunya yang hilang. Akhirnya Mama pulang dengan membawa janin dan suaminya kerumah.
Kakek malah tambah membenci Mama dengan kepulangannya. Pernah, Kakek mencoba membunuh janin Mama dengan ramuan, namun Mama berhasil lolos dari keguguran dan akhirnya lahirlah bayi perempuan cantik. Sidney namanya.
Tapi, apa arti kelahiran itu? Bukankah lebih baik ia mati sewaktu Kakek ingin membunuhnya dulu? Untuk apa juga ia ada didunia ini, hidup diantara segelintir orang yang jauh lebih berguna? Hermon selalu bilang, setiap kelahiran membawa misi tersendiri yang telah Tuhan tetapkan dalam setiap kehidupan. Nah, sekarang misi apa yang Tuhan titipkan pada si 'bintang kegelapan'?
"Si, setiap manusia itu berharga bagi Tuhan. Kita ini ciptaan-Nya yang diberi kuasa lebih dari seluruh makhluk yang ada didunia. Bahkan, iblis saja bisa kita kalahkan dengan kuasa yang dikaruniakan Tuhan atas kita. Jadi Si, dengarkan aku, tidak ada istilah bintang gelap atau pembawa sial dalam hidupmu. Kamu itu ciptaan berharga." Sidney tidak pernah bosan mendengarkan nasehat Hermon yang satu ini. Dengan begitu, dia merasa benar-benar berarti dan tersanjung. Namun... dihadapan kakek, semua kemuliaan arti hidup tadi hanya menjadi sebuah obsesi yang sangat susah dicapai.
"Thanks Mon..." Hermon meraih jemari Sidney yang dingin dan membawa tubuh gadis itu dalam pelukannya.
"Jangan menghina diri kamu lagi Si, karena dengan begitu, kamu merendahkan Pencipta mu yang membuat hidup mu jadi berharga."
Lama setelah itu mereka larut dalam keheningan. Tiba-tiba Sidney menangis lagi, rasanya ia nggak mau hari ini berganti esok. Bukan untuk berpisah dengan Hermon lagi yang dia khawatirkan. Tapi besok Kakek sudah kembali, dan ia akan hidup dalam kepahitan lagi.
"Mon...mau nggak bantu aku supaya aku yakin kalo aku adalah orang yang berguna dan bukan pembawa sial seperti yang Opa bilang,"
"Tanpa kau memintanya aku sudah melakukannya," bisik Hermon lembut.
"Thanks Mon...untuk segalanya. Aku bersyukur Tuhan mengirimkan kau untuk aku. Thanks Mon..." Sidney memeluk Hermon erat.
"Percayalah Si, semua kejadian baik atau buruk itu adalah rahasia alam yang nggak pernah bisa kita tebak. Serahkan semua pada-Nya dan Dia akan memeliharamu."
"Mon, sori. Aku nggak punya something very special yang bisa aku kasih sebagai rasa terimakasih ku."
"Kamu punya cinta."
"Just that."
"Its more than enough."

No comments: